Pemimpin yang Dai
Seorang pemimpin dalam Islam, tidak sebatas menjalankan roda organisasi dan mengacu pada tupoksi semata. Tetapi ada juga kewajiban menjalankan tugas-tugas dakwah.
“Seorang pemimpin dalam Islam, tidak sebatas menjalankan roda organisasi dan mengacu pada tupoksi semata. Tetapi ada juga kewajiban menjalankan tugas-tugas dakwah,” ungkap Dr. Abdul Aziz Qahhar Muzakkar dalam acara Diskusi Perdana dan Buka Bersama Centre of Study for Indonesian Leadership (CSIL) di Gedung Balimuda Center Kamis (16/06/2016) yang mengangkat tema “Kepemimpinan Profetik untuk Indonesia Masa Depan.”
Menurut Azis, kepemimpinan profetik mengharuskan seorang pemimpin mampu menjadi dai. Artinya ada komitmen dan kesanggupan untuk memastikan umat tetap berada di jalan Allah Subhanahu Wata’ala, urainya.
Anggota DPD-RI ini mengatakan bahwa tidak mungkin seorang pemimpin tidak melibatkan Allah dalam menjalankan tugasnya. Karenanya seorang pemimpin mesti juga menjalankan peran dai.
“Dengan menjalankan peran sebagai dai, maka jelas seorang pemimpin dalam Islam tidak mungkin tidak melibatkan Allah. Harus senantiasa ada upaya untuk melibatkan Allah dalam segala keputusannya sebagai seorang pemimpin,” jelasnya.
Untuk itu proses penempaan seorang pemimpin dalam sejarah kenabian tidak ada yang instan.
“Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa dalam sejarah kepemimpinan profetik tidak ada yang ringan dan cepat. Mereka diuji dengan ujian yang panjang di lapangan. Dan, para pemimpin itu bisa diberikan sertifikat hanya apabila telah lulus melalui ujian-ujian yang berat dan panjang,” paparnya.
Mengenai bagaimana pemimpin sekarang mesti bersikap, Ketua Dewan Pembina KPPSI ini mengatakan bahwa semua pemimpin harus mengacu pada mu’jizat akhir zaman. “Kalau kita benar-benar ingin bangsa ini lepas dari problematikanya, harus benar-benar menyandarkan kepemimpinannya pada Al-Qur’an,” pungkasnya.
Sumber: https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/06/17/96594/pemimpin-harus-juga-menjalankan-fungsi-dai.html
“Seorang pemimpin dalam Islam, tidak sebatas menjalankan roda organisasi dan mengacu pada tupoksi semata. Tetapi ada juga kewajiban menjalankan tugas-tugas dakwah,” ungkap Dr. Abdul Aziz Qahhar Muzakkar dalam acara Diskusi Perdana dan Buka Bersama Centre of Study for Indonesian Leadership (CSIL) di Gedung Balimuda Center Kamis (16/06/2016) yang mengangkat tema “Kepemimpinan Profetik untuk Indonesia Masa Depan.”
Menurut Azis, kepemimpinan profetik mengharuskan seorang pemimpin mampu menjadi dai. Artinya ada komitmen dan kesanggupan untuk memastikan umat tetap berada di jalan Allah Subhanahu Wata’ala, urainya.
Anggota DPD-RI ini mengatakan bahwa tidak mungkin seorang pemimpin tidak melibatkan Allah dalam menjalankan tugasnya. Karenanya seorang pemimpin mesti juga menjalankan peran dai.
“Dengan menjalankan peran sebagai dai, maka jelas seorang pemimpin dalam Islam tidak mungkin tidak melibatkan Allah. Harus senantiasa ada upaya untuk melibatkan Allah dalam segala keputusannya sebagai seorang pemimpin,” jelasnya.
Untuk itu proses penempaan seorang pemimpin dalam sejarah kenabian tidak ada yang instan.
“Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa dalam sejarah kepemimpinan profetik tidak ada yang ringan dan cepat. Mereka diuji dengan ujian yang panjang di lapangan. Dan, para pemimpin itu bisa diberikan sertifikat hanya apabila telah lulus melalui ujian-ujian yang berat dan panjang,” paparnya.
Mengenai bagaimana pemimpin sekarang mesti bersikap, Ketua Dewan Pembina KPPSI ini mengatakan bahwa semua pemimpin harus mengacu pada mu’jizat akhir zaman. “Kalau kita benar-benar ingin bangsa ini lepas dari problematikanya, harus benar-benar menyandarkan kepemimpinannya pada Al-Qur’an,” pungkasnya.
Sumber: https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/06/17/96594/pemimpin-harus-juga-menjalankan-fungsi-dai.html