Jejak Digital yang Lucu
Di Sumbar, ada masjid besar. Masjid raya. Punya pengurus. Sudah berumur. Sepuh. Kalau bicara lama sekali. Tapi yang mencengangkan, di balik nama sepuhnya. Ia ternyata energik. Punya CV. Bahkan besar, terdaftar di BUMN. Juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama. Juga Ketua Dewan Meajid Indonesia Sumatera Barat.
Ada organisasi wirausaha, punya cabang se-Indonesia. Di Padang, ada tokoh-tokoh yang terkenal. Saya berjumpa jika organisasi itu bikin acara. Profesinya jual parfum. Tidak terkenal, tapi mahal. Penampilannya nyentrik. Pakai gamis, tapi merokok. Angkat kaki. Tidak begitu kenal, hanya tahu nama di FB. Tetapi ketika jelajah sana sini, nyari tentang media online. Berjumpa nama aslinya. Iskandar di ujung nama, tertulis pemimpin perusahaan/marketing. Saya tidak menyangka, karena penemuan saya hanya foto tampak belakang tak jelas. Lima tahun lalu. Ditambah yang saya tahu, dia bukan orang media. Sampai akhirnya berselanjar dengan kata kuci Iskandar, bertemu foto yang menandai orang yang saya duga. Sudah lama. Aih, apakah ganti nama, adalah pendanda hijrahnya?
Ah, ada lagi orang yang saya tak bisa mengerti. Punya banyak relasi. Tetapi tidak tenar publikasi. Rupanya dia bisa jadi mubalig, bisa jadi pemuka adat. Dia bisa nulis biografi, jangan salah, linknya adalah polisi. Penulis buku kapolda di daerah sini. Ah bisa apa saja jangan-jangan?
Ini juga lucu. Ada lembaga informasi. Komisi informasi provinsi. Terpampang wajah yang tak asing. Ah, SIP. Kucari namanya. Lagi-lagi seperti kuduga, orang media, punya portal online pula. Ah, menang banyak dia. Punya ikatan ala-ala pula. Jangan salah, sama KPU berelasi. Hebat, bertali-tali.
Lain pula hebat Ketua Komisi Informasi. Gelarnya hukum. Tapi kerjanya jurnalis. Punya media. Hilir mudik harian demi harian. Era online, dia aktif pula. Bahkan bikin pula. KS dan TS inisial medianya. Yang pasti ada Sumbarnya. 2014-2019 dia dipilih jadi ketua. Dua periode tambah sekarang. Nama Facebook bukan pula nama asli. Hahaaa.
Ada organisasi wirausaha, punya cabang se-Indonesia. Di Padang, ada tokoh-tokoh yang terkenal. Saya berjumpa jika organisasi itu bikin acara. Profesinya jual parfum. Tidak terkenal, tapi mahal. Penampilannya nyentrik. Pakai gamis, tapi merokok. Angkat kaki. Tidak begitu kenal, hanya tahu nama di FB. Tetapi ketika jelajah sana sini, nyari tentang media online. Berjumpa nama aslinya. Iskandar di ujung nama, tertulis pemimpin perusahaan/marketing. Saya tidak menyangka, karena penemuan saya hanya foto tampak belakang tak jelas. Lima tahun lalu. Ditambah yang saya tahu, dia bukan orang media. Sampai akhirnya berselanjar dengan kata kuci Iskandar, bertemu foto yang menandai orang yang saya duga. Sudah lama. Aih, apakah ganti nama, adalah pendanda hijrahnya?
Ah, ada lagi orang yang saya tak bisa mengerti. Punya banyak relasi. Tetapi tidak tenar publikasi. Rupanya dia bisa jadi mubalig, bisa jadi pemuka adat. Dia bisa nulis biografi, jangan salah, linknya adalah polisi. Penulis buku kapolda di daerah sini. Ah bisa apa saja jangan-jangan?
Ini juga lucu. Ada lembaga informasi. Komisi informasi provinsi. Terpampang wajah yang tak asing. Ah, SIP. Kucari namanya. Lagi-lagi seperti kuduga, orang media, punya portal online pula. Ah, menang banyak dia. Punya ikatan ala-ala pula. Jangan salah, sama KPU berelasi. Hebat, bertali-tali.
Lain pula hebat Ketua Komisi Informasi. Gelarnya hukum. Tapi kerjanya jurnalis. Punya media. Hilir mudik harian demi harian. Era online, dia aktif pula. Bahkan bikin pula. KS dan TS inisial medianya. Yang pasti ada Sumbarnya. 2014-2019 dia dipilih jadi ketua. Dua periode tambah sekarang. Nama Facebook bukan pula nama asli. Hahaaa.