Menyalakan Panas Bumi Untuk Sumatera Barat

Devisit atau kekurangan daya listrik PLN masih sering terjadi di Sumatera Barat sampai saat ini. Dampaknya, sering terjadi pemadaman bergilir disejumlah daerah.

Untuk mengantisipasi persoalan ini, pemerintah bersama swasta terus berupaya memenuhi kebutuhan listrik masyarakat dengan memperbanyak pembangkit, salah satunya energi panas bumi.

Seperti yang dilakukan PT.Supreme Energy di kabupaten Solok Selata. Perusahaan ini terus mengembangkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang sudah dimulai sejak tahun 2012 lalu.

Rabu siang (24/05/2017), pengeboran ke tujuh dimulai untuk mencapai target 19 sumur hingga tahun 2019 nanti. Ke 19 sumur ini nanti akan menyuplai sekitar 80 megawatt daya listrik untuk Sumatera Barat pada tahap pertama.

Supreme menargetkan, bisa menyuplai sebesar 220 megawat daya listrik dari pembangkit listrik panas bumi di kawasan Pekonina Muaro Labuh Solok Selatan ini.

Menurut presiden direktur PT.Supreme Energy, Supramu Sentosa, ketika beroperasi nanti, PLTP Muaro Labuh ini mampu melistriki 160.000 rumah tangga pada sub sistem kelistrikan Sumatera bagian utara.

“Untuk pengeboran satu sumur ini memakan waktu 40 sampai 45 hari, jadi untuk 19 sumur itu insya Allah pertengahn tahun depan bisa selesai, setelah itu tentu nanti akan ada testing dan sebagainya,” kata Supramu Sentosa, presdir PT.Supreme Energy.

Untuk pengembangan PLTP unit 1 sebesar 20 MW, nilai investasi yang ditanamkan oleh PT.Supreme Energy Muara Laboh sebesar $469 juta atau setara dengan Rp 6,2 trilyun. Ini berarti untuk pengembangan 1 MW dibutuhkan $5,86 juta atau Rp 77,9 milyar.

Sumber dananya adalah pinjaman jangka panjang yang diperoleh PT.Supreme Energy dari sejumlah bank dari Jepang.

Sumber: http://topikini.com/2019-sumbar-dapat-pasokan-listrik-80-mw-dari-panas-bumi/

Supreme Energy Mulai Pengeboran Sumur di Muara Laboh

Bisnis.com, PADANG - PT Supreme Energy Muara Laboh meresmikan pengeboran perdana sumur eksploitasi di wilayah kerja panas bumi (WKP) Liki Pinangawan, Muara Laboh, Solok Selatan, Sumatra Barat.

Presiden Direktur Supreme Energy Supramu Santosa mengatakan peresmian pemboran perdana itu sebagai langkah awal untuk pemboran secara keseluruhan 13 sumur eksploitasi untuk menghasilkan listrik 80 MW.

“Harapan kami proyek ini berjalan lancar, dalam waktu 2,5 tahun untuk eksploitasi dan produksi, sehingga Juli 2019 sudah selesai,” katanya, Rabu (24/5/2017).

Dia mengatakan secara keseluruhan perseroan akan menghasilkan 86 MW gross. Dari jumlah itu sebanyak 80 MW akan dijual secara komersial kepada PT PLN dan 6 MW dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri.

Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM mengatakan kapasitas terpasang untuk energi panas bumi saat ini sudah mencapai 1.698,5 MW.

“Targetnya 7.200 MW pada tahun 2025. Jadi masih ada kekurangan 5.500 MW. Dari kekurangan itu untuk 4.000 MW sudah ada pemenang WKP dan penugasan langsung, sisanya yang 1.500 ini lagi yang dikejar,” katanya.

Dia mengakui pengembangan panas bumi atau geothermal merupakan pekerjaan berat, sehingga dibutuhkan kerjasama stakeholder terkait, serta insentif dan kemudahan perizinan untuk pengembangan panas bumi.

Pemerintah, imbuhnya, sudah mempunyai lima terobosan untuk mempercepat realisasi kapasitas panas bumi 7.200 MW pada 2025. Yakni, pelaksanaan lelang lima WKP pada 2017 untuk wilayah Indonesia Bagian Timur dengan pertimbangan harga keekonomian yang masih masuk dan menarik untuk investor.

Lalu, penugasan kepada Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi di daerah-daerah yang harga keekonomiannya belum masuk.

Kemudian, mempersingkat perizinan untuk kemudahan investasi bidang panas bumi yang diimplementasikan melalui pelayanan satu pintu untuk investasi di BKPM.

Memberikan penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi (PSPE) kepada badan usaha yang memiliki potensi atau ketertarikan melakukan pengembangan panas bumi di wilayah Indonesia bagian timur.

Selanjutnya, implementasi program pendanaan panas bumi (Geothermal Fund) untuk menarik minat investor dalam melakukan pengembangan panas bumi untuk WKP di wilayah Indonesia bagian timur.

Dia meyakini dengan sejumlah terobosan yang dilakukan pemerintah, akan menarik minat pengusaha untuk ambil bagian dalam pengembangan bisnis panas bumi di Tanah Air.

Sumber: http://industri.bisnis.com/read/20170525/44/656709/supreme-energy-mulai-pengeboran-sumur-di-muara-laboh

Eksploitasi Sumur Panas Bumi 80 MW di Muara Laboh Dimulai

TEMPO.CO, Padang – Menara baja atau yang disebut Rig, terlihat berdiri kokoh di wilayah kerja panas bumi (WKP) Liki Pinangawan, Muara Laboh, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Rabu 24 Mei 2017. PT Suprame Energi Muaro Laboh memulai eksplotasi sumur panas bumi di Liki Pinangawan Muara Laboh.
Presiden Direktur Supreme Energy Supramu Santosa mengatakan, ada 13 sumur yang akan dieksploitasi untuk menghasilkan 80 Megawati (MW). Delapan sumur produksi dan tiga sumur injeksi.
Ekploitasi ini akan dilakukan hingga pertengahan tahun 2018. Adapun kegiatan eksploitasi ini adalah pemboran sumur produksi dan sumur injeksi, pembangunan fasilitas lapangan, termasuk pembangkit listrik, yang nantinya akan dipergunakan untuk operasi produksi listrik dari sumber daya panas bumi.
Sumur-sumur ini akan menyuplai uap ke PLTP Muara Laboh Unit 1 dengan kapasitas 80 MW. PLTP Muara Laboh mampu melistrik 160.000 rumah tangga pada sub sistem kelistrikan Sumatera Bagian Utara.
“Target kami Agustus 2019 sudah bisa mengalirkan 80 mw listrik,” ujarnya usai pemboran awal sumur eksploitasi, Rabu 24 Mei 2017.
PT Supreme Energi menanamkan investasi sebesar US$ 469 juta atau setara Rp 6,2 triliun. Pengembangan 1 MW dibutuhkan US$ 5,86 juta atau Rp 77,9 miliar.
Kata Supramu, proyek panas bumi dimulai sejak tahun 2008. Awalnya, potensi panas bumi di kawasan tersebut diprediksi 220 MW. Namun setelah dilakukan eksplorasi di 6 sumur ditemukan sekitar 60 MW.
“Kami menempuh perjalanan panjang dan berliku sejak 2008. Sembilan tahun eksplorasi. Sekarang baru eksploitasi,” ujarnya.
Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan, pemerintah menargetkan pemanfaatan energi baru terbarukan bisa mencapai target 23 persen pada 2026. Sekitar 16 persen merupakan porsi panas bumi.
“Target panas bumi hingga tahun 2025 mencapai 7.200 MW. Hingga kini yang sudah terpasang mencapai 1.698,5 MW. Tinggal 5.500 MW,” ujarnya Rabu 24 Mei 2017.
Namun, kata Yunus, wilayah kerja panas bumi untuk 4.000 MW sudah ada pemenangnya dan penunjukan langsung. Masih ada 1.500 MW yang masih ditargetkan.
Menurutnya, pemerintah melakukan sejumlah terobosan untuk mempercepat realisasi target kapasitas panas bumi. Di antaranya penugasan kepada Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi. Pengembangannya tanpa lelang. Badan usaha dibolehkan memilih lokasi.
Kemudian, kata dia, mempersingkat perizinan untuk kemudahan investasi bidang panas bumi. Pemerintah menerapkan pelayanan satu pintu melalui BKPM.
“Mempersingkat perizinan. Yang dulunya 29 izin sekarang 5 izin saja,” ujarnya.
Pemerintah juga melakukan mitigasi untuk menarik investor. Terutama untuk wilayah timur. Ada program pendanaan panas bumi (Geothermal Fund) untuk menarik minat investor dalam melakukan pengembangan panas bumi.
ANDRI EL FARUQI

Sumber: http://www.supreme-energy.com/eksploitasi-sumur-panas-bumi-80-mw-di-muara-laboh-dimulai/
Diberdayakan oleh Blogger.