Pilgub Sumbar 2020, Kemeriahan Tanpa IP


Dipimpin Irwan Prayitno, Sumatera Barat ketika menggelar pemilihan gubernurnya pada 2015 nyaris tak menunjukkan hiruk pikuk yang berarti. Walau sempat muncul beberapa nama, pemilihan akhirnya diikuti dua pasang calon yang sama-sama petahana.

Head to head antara duel petahana ini, walau dalam batas tertentu, dinamikanya sudah bisa ditebak. Banyak yang memprediksi kemenangan Irwan. Belum lagi kampanye masing-masing pasangan yang sejak awal telah menunjukkan tanda itu. Kampanye Irwan dihadiri oleh petinggi partai pengusungnya, sementara kampanye Muslim Kasim walau ada barner yang memuat foto-foto koalisi parpol pengusung, tapi tidak sesuai kenyataannya.

Mengapa bicara 2020 dari sekarang, karena kita akan melihat kembali tokoh-tokoh yang akan turun gunung. Kenapa meriah? karena kepemimpinan Irwan yang sudah dua periode takkan berlanjut. Jadi setiap tokoh bisa lepas dari bayang-bayang kesuksesan gubernur sebelumnya.

Meriah pun penulis mendapat inspirasi sewaktu Pilwako 2013. Karean wali kota petahana tidak bisa mencalon. Tidak tanggung-tanggung, ada 10 pasang calon. Namun, kemeriahan nanti bakal ditentukan pula dengan komposisi kursi DPRD Sumbar hasil pemilu 2019. Kalau tidak ada partai yang dominan dalam perolehan suara.

Menariknya, selain memprediksi tokoh-tokoh yang bakal turun nanti, kita bisa melihat pula siapa-siapa mereka yang akan meniti jalan ke atas sana. Merangkak dari bawah. Siapa saja mereka?

***

Nasrul Abit, Ali Mukhni, Muzni Zakaria, Indra Cati: Para pejawat. Untuk Nasrul Abit karena dari pilgub ke pilgub wakil ingin naik tingkat. Dengan posisi itu, Nasrul sudah punya peluang besar ditambah saat ini menjadi Ketua Gerindra Sumbar. Adapun nama lainnnya, adalah bupati dua periode. Mereka telah memimpin daerah yang luas, sehingga dari pilgub ke pilgub bupati dua periode selalu dirilik. Ali di Padangpariaman, Indra di Agam, Muzni di Solok Selatan. Khusus Ali, ia memimpin PAN Sumbar. Nasrul Abit sendiri adalah contoh nyata, seperti pendahulunya Muslim Kasim dari Padangpariaman, Aristo Munandar dari Tanah Datar. Begitupula Gamawan Fauzi dari Solok (1995-2005). Jadi pola ini sangat besar terulang.


Mahyeldi Ansharullah, Riza Falepi: Khusus kader PKS, selain karena kiprah PKS yang nyata di Sumbar., tambah kemampuan PKS dalam relawan dan strategi mereka, serta tipikal pemilih Sumbar. Dua nama ini termasuk populer karena kepemimpinannya, walaupun untuk Riza sebelumnya pernah di DPD tetapi saat ia menjabat di DPD namanya belum begitu bergaung. Riza akan mengakhiri periode keduanya pada 2022, sementara Mahyeldi jika memenangkan Pilwako 2018, maka sangat besar peluang ia naik sebagai calon gubernur.


Shadiq Pasadigoe, Syamsu Rahim, Epiyardi Asda: tokoh-tokoh yang urung muncul pada 2015, menunda langkahnya maju bisa jadi karena menunggu waktu yang tepat. Untuk Shadiq, peluangnya agak unggul karena istrinya saat ini, anggota DPD RI. Untuk Epiyardi, peluangnya semakin kecil karena tak ada jabatan kepartaiannya. Adapun Syamsu, lumayan dengan pengaruhnya sebagai Ketua Nasdem Sumbar.


Febby Dt Bangso Nan Putiah, Alex Indra Lukman, Josrizal ZainAdapun untuk beberapa tokoh petinggi parpol di Sumbar, mereka layak dipertimbangkan karena basis mereka. Posisi wakil gubernur adalah pertaruhan, setidak-tidaknya karena tak lepasnya kedudukan mereka dalam menentukan pasangan.  Untuk Febby, ia gagal di Bukittinggi jadi untuk maju ke Sumbar sepertinya masih sangat kecil. Josrizal adalah walikota Payakumbuh dua periode yang menandakan prestasinya, walau namanya belum bergaung dalam hiruk pikuk pilgub sebelumnya. Adapun Alex peluangnya agak unggul karena dia menjabat anggota DPR yang punya bukti mengantarkan PDIP meraih 2 kursi pada pemilu 2014 (setelah 2009 tidak sama sekali). Yang belum sama sekali PPP dan Hanura. Adapun Irsyad (PKS) dan Hendra (Golkar) belum ada tanda-tanda karena tampaknya mereka fokus di DPRD.


Emma Yohana: di antara tokoh nasional yang akan turun gunung. Emma sudah dua periode jadi DPD dan itu berakhir 2019, sebagai perempuan, Emma bisa memanfaatkan isu ini sebagai pendongkrak popularitasnya.

***

Nah, itu dia lima latar belakang suara strategis di pilgub 2020. Sejauh ini merekalah lebih dulu membangun suara/memiliki bassis. Belum lagi tokoh nasional, karena kalau jauh-jauh ini sulit membaca langkahnya ke Sumbar. Peluang kemenangan akan ditentukan sejauh mana semua potensi itu digarap nantinya.

Tambahan: dokrak popularitas, sepanjang pengamatan di Sumbar, memang pernah berlaku untuk Gamawan Fauzi. Ia tokoh yang muncul dari daerah, selain karena kinerja dan dua periodenya, berita tentang hilangnya Gamawan sewaktu di hutan telah menyentuh/meluaskan namanya di pelosok Sumbar lewat pemberitaan. bahkan ada lagunya. Namun, jika ada satu peristiwa "yang situasional" menjelang pilgub 2020 nanti, bisa jadi ini adalah latar belakang keenam.

***

Tanpa IP, lalu kira-kira kemanakah karier IP setelah menuntaskan dua periode jadi gubernur. Menterikah? "Tergantung siapa presidennya."

Bacaan:
http://minangkabaunews.com/artikel-7117-sby-zh-sp-arb-tak-datang-peserta-kampanye-mkfauzi-dihibur-wiranto.html
http://tommytrd.blogspot.co.id/2015/11/serba-serbi-pilgub-sumbar-edisi.html

Diberdayakan oleh Blogger.